iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., Sektor Berbasis Mobilitas dan Teknologi Tumbuh di Atas Rata-rata

Ekonomi Indonesia pulih cukup cepat menuju jalur pertumbuhan jangka panjang, sehingga pada triwulan kedua 2022 pertumbuhan telah mencapai 5,44%. Kendati demikian, menurut Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., tidak semua sektor mengalami pertumbuhan yang sama. Sektor-sektor berbasis mobilitas dan teknologi merupakan sektor yang berhasil tumbuh di atas rata-rata. Sektor-sektor ini meliputi transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, perdagangan, manufaktur, serta informasi dan komunikasi (infokom).

Pernyataan Prof. Ari tersebut disampaikan dalam forum Investor Daily Summit yang diadakan pada 11–12 Oktober 2022, di Jakarta Convention Center. Pada kesempatan itu, Prof. Ari mengulas topik “Pemulihan Ekonomi: Sinergi Bisnis Digital dan Non-Digital”. Menurut Prof. Ari, bisnis digital yang masuk dalam sektor infokom memegang peranan penting dalam resiliensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meski begitu, tidak semata-mata hanya sektor digital yang direpresentasikan dengan infokom. Sektor lain seperti transportasi juga bangkit, karena kelas menengah yang sudah lama terkungkung akibat pandemic, mencoba mencari relaksasi dengan mengunjungi tempat-tempat pariwisata.

“Pada saat pandemi, mereka menggunakan media digital untuk berbelanja. Tetapi, setelah itu, mereka menggunakan media digital untuk mempelajari tempat-tempat yang bisa dikunjungi. Di sinilah terjadi sinergi antara sektor berbasis mobilitas dan sektor infokom. Ini adalah suatu yang menarik karena sinergi dapat dimulai dari mana saja. Apakah suatu bisnis memulai usahanya melalui jalur digital baru kemudian offline, atau sebaliknya, bisnis memulai produksi di satu daerah kemudian mengiklankan lewat jalur digital,” kata Prof. Ari.

Salah satu keuntungan Indonesia adalah kelas menengah di negara ini berjumlah kurang lebih 21% dari populasi. International Monetary Fund (IMF) menilai bahwa probabilitas Indonesia terkena resesi hanya 3%. Salah satu penyebabnya adalah karena adanya kelas menengah. Adanya bisnis digital dan keinginan kelas menengah untuk kembali ke mobilitas menyebabkan mesin pertumbuhan bisa berjalan meski situasi geopolitik dunia (klonflik Rusia dan Ukraina) masih tidak pasti.

Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan daya beli domestik. Adanya jalan tol lintas Jawa dan Sumatera yang dibangun sebelum pandemi membuat sisi permintaan dan produksi menjadi lebih terintegrasi. Industri dapat berlokasi hampir di semua tempat dengan akses ke tol, termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Setelah pandemi, orang-orang yang ingin melakukan relaksasi dengan melakukan mobilitas ke daerah-daerah wisata dapat memanfaatkan jalan tol. UMKM juga dapat menjual produknya ke kota-kota dengan memanfaatkan jalur platform digital maupun jalur fisik. Hal inilah yang kemudian mampu membangkitkan perekonomian di daerah.

Fenomena sinergi antara digital dan nondigital ini dapat dimanfaatkan oleh pengusaha maupun pemerintah daerah untuk membuat konsep aglomerasi. Produk-produk yang belum terkenal dimasukkan ke dalam satu paket dengan tujuan wisata yang sudah terkenal. Masyarakat yang menggunakan media digital untuk mempelajari apa yang mereka ingin kunjungi akan menemukan objek-objek di sekitar objek yang sudah terkenal, sehingga dapat dijadikan satu paket perjalanan.

“Contohnya, ketika seseorang mencari Borobudur, mereka akan mendapat rekomendasi tujuan lain yang ada di Magelang. Ini adalah konsep yang disebut sebagai aglomerasi. Jika tujuan yang baru ini makin terkenal, objek wisata tersebut bisa melakukan branding sehingga ia menjadi satu tujuan sendiri yang tentunya dapat digunakan oleh objek wisata lain yang belum begitu terkenal untuk bisa masuk dalam satu paket yang sama. Ini yang disebut sebagai teori angsa terbang. Satu angsa memimpin, kemudian lama-lama akan diikuti dengan yang lain,” ujar Prof. Ari.

Contoh lain, misalnya tentang kerajinan kain. Di salah satu daerah di Jawa Tengah, usaha yang awalnya online dapat berkembang menjadi offline dan usaha yang dapat dikunjungi secara offline jika konsumen belum sempat mengunjungi lokasi, mereka dapat memanfaatkan media online. Adanya sinergi ini menjelaskan alasan bisnis digital sangat relevan dengan pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022. Terutama jika melihat angka pertumbuhan ekonomi Indonesia telah *mencapai* 5,44%.

“Itu sesuatu yang tinggi apalagi kalau kita lihat negara-negara lain, termasuk negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), bahkan Amerika Serikat, negara-negara industri lain masih mengalami pertumbuhan rendah dan inflasi yang juga tinggi. Inilah salah satu keunggulan Indonesia. Ada daya beli, ada kelas menengah, ada teknologi digital, dan ada kemauan untuk berkunjung demi meningkatkan mobilitas ke daerah-daerah produksi dan daerah-daerah wisata, sehingga bisnis juga bisa dilakukan secara nondigital,” kata Prof. Ari menutup pemaparannya.

Forum Investor Daily Summit dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo dan dihadiri para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Chairman dan CEO B-Universe, serta seluruh jajaran manajemen, para pimpinan perusahaan, BUMN, swasta dan koperasi. Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan, di tengah perubahan fundamental dalam ekonomi global yang terjadi saat ini, Indonesia harus tetap optimis, hati-hati, dan waspada. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua termasuk yang terbaik di dunia, yaitu 5,44%. Moneter Indonesia masih pada posisi yang bisa dikendalikan. Hal ini karena adanya sinergi antara bank sentral (BI) dan Kementerian Keuangan yang berjalan beriringan, rukun, dan tidak saling tumpang tindih. Komunikasi yang baik di antara keduanya membuat fiskal dan moneter bisa berjalan bersama-sama.

Related Posts