id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Rektor Universitas Indonesia Bisa dari Eksternal, Ini yang Diharapkan para Mitra

Depok, 24 Juli 2024. “Rektor Universitas Indonesia (UI) yang akan memimpin dalam lima tahun ke depan, boleh dipilih dari pihak eksternal kampus.” Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ketua Panitia Penjaringan dan Penyaringan Calon Rektor (P3CR) UI, Prof. Dr. Ir. Sigit Pranowo Hadiwardoyo, DEA, dalam acara Sosialisasi Pemilihan Rektor (Pilrek) UI kepada para mitra strategis, Senin (22/7). Sosialisasi yang berlangsung di Gedung Pusat Administrasi Universitas, Kampus Depok, tersebut dihadiri oleh beberapa perwakilan mitra dari industri, media massa, dan alumni.

Menurut Prof. Sigit—sebagaimana yang telah ditetapkan dalam ketentuan—salah satu persyaratan Bakal Calon Rektor UI adalah pendidikan minimal doktoral dengan usia maksimal 60 tahun pada saat pelantikan rektor (4 Desember 2024). Artinya, selama seseorang memiliki pengalaman dan kapasitas yang mumpuni, siapa saja dapat mencalonkan diri sebagai Rektor UI, termasuk dari pihak eksternal. “Siapa pun yang nantinya terpilih sebagai Rektor UI, itu adalah rektor pilihan kita. Oleh sebab itu, seluruh warga UI harus terlibat dalam proses ini, dan pihak di luar UI juga turut mengawal,” ujarnya.

P3CR merupakan tim adhoc yang dibentuk oleh Panitia Khusus Pemilihan Rektor (Pansus Pilrek) Majelis Wali Amanat (MWA) UI. Tim ini bertugas menjaring dan menyaring bakal calon (Balon) rektor sampai mendapatkan minimal 20 Balon untuk kemudian diusulkan kepada Pansus. Untuk itu, Tim P3CR UI mengundang beberapa mitra strategis UI guna menyosialisasikan Pilrek UI. Diskusi yang dimoderatori oleh Kepala Biro Humas dan KIP UI, Dra. Amelita Lusia, M.Si., tersebut dibuka dengan pemaparan persyaratan Calon Rektor UI oleh Anggota P3CR Unsur Dosen, yakni Prof. Dr. Rizal E.Halim dan dr. Yogi Prawira, Sp.A (K).

Diskusi tersebut dihadiri Ketua Dewan Guru Besar (DGB) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D; Ketua Umum Ikatan Alumni (ILUNI) UI, Didit Ratam; Direktur Medis dan Hubungan Kelembagaan Biofarma Group, Sri Harsi Teteki; Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi Santoso; Sekjen Metro TV, Dian Rohaeni; Pemimpin Redaksi MNC Trijaya FM, Gaib MS; Jurnalis Tempo, Stefanus Pramono; dan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI, Prita Laura.

Prof. Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa tantangan utama yang dihadapi universitas, terutama perguruan tinggi negeri, saat ini adalah kemandirian. Konteks kemandirian ini meliputi kemandirian dalam menyediakan pendidikan yang berkualitas hingga fund raising. “Jika kita melihat pengalaman universitas top dunia, sumber keuangan mereka dua, yakni dana abadi dan hasil dana penelitian. Oleh karena itu, Rektor UI harus mempunyai kemampuan akademik yang kuat dan pengetahuan entrepreneurship,” ujarnya.

Kemampuan di bidang entrepreneurship tentunya membuka peluang bagi para praktisi industri atau profesional untuk turut mencalonkan diri menjadi Rektor UI. Menurut Sri Harsi, calon dari eksternal memiliki kemampuan entrepreneurship yang lebih dominan, sehingga bisnis dapat dikembangkan sebagai sumber keuangan universitas. Akan tetapi, ia menekankan bahwa kondisi tersebut harus dijalankan dengan tetap berpegang pada Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Jangan sampai ketika kemampuan entrepreneurial menjadi dominan, fungsi pendidikan justru terabaikan. Ini perlu diperhatikan,” kata Sri Harsi.

Pada kesempatan itu, Sri Harsi juga menyinggung relasi yang terjalin antara UI dan Biofarma. Keduanya telah bekerja sama di bidang penelitian dan inovasi untuk uji klinis vaksin dan antibodi. Menurutnya, yang menjadi fokus bersama adalah bagaimana transformasi kesehatan menciptakan ketahanan kesehatan di Indonesia. Hilirisasi produk kesehatan dalam upaya menggantikan impor merupakan tantangan besar. Ia mengatakan, “Kami berharap regulasi terkait UI sebagai institusi akademik yang menjadi mitra dari kementerian akan bisa menjadi partner-nya, karena kajian-kajian dari UI seharusnya sejajar dengan mitra strategis lainnya.”

Sementara itu, dari PT Pertamina Patra Niaga, Harsono Budi menyebutkan bahwa prestasi UI yang berada di peringkat 206 dunia versi QS World University Rankings (QS WUR) 2025 harus ditingkatkan. Untuk menaikkan posisi tersebut, UI dapat menjalin kerja sama pendidikan dan penelitian dengan berbagai mitra.

“Saya rasa dari BUMN tidak memiliki cukup waktu untuk riset, padahal itu harus dikerjakan secara continue dan universitas mampu untuk melakukan itu. Artinya, ini merupakan area untuk bekerja sama sehingga korporasi mendapatkan benefit, begitu juga universitas. Dalam hal ini, Rektor UI harus bekerja tidak hanya dari sisi Tri Dharma Perguruan Tinggi, tetapi juga dengan unlocked value UI, dengan potensi dan history yang luar biasa,” kata Harsono.

Sejak 2020, ada 14 kerja sama yang terjalin antara UI dan PT Pertamina. Kerja sama di bidang sains, keteknikan, administrasi, hingga kesehatan dijalankan dalam lingkup pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. UI bahkan menerima bantuan pendanaan senilai 10 miliar rupiah dari PT Pertamina untuk pembangunan gedung Integrated Creative Engineering Learning Laboratory dan 13 miliar rupiah untuk Pertamina Biofuel Laboratory pada gedung InterDisciplinary Engineering yang terletak di Fakultas Teknik UI. Kedua gedung laboratorium dengan teknologi smart and green building tersebut dimanfaatkan untuk penelitian dan pendidikan yang terintegrasi.

Pada sosialisasi tersebut, mitra media juga turut memberikan aspirasi terkait Pilrek UI. Dian dari Metro TV mengatakan bahwa sebagai center of excellence, UI menjadi rujukan atas masalah yang terjadi di masyarakat. Untuk itu, Rektor UI terpilih harus mampu menciptakan tenaga ahli yang keilmuannya bermanfaat secara luas. MetroTV pernah menyumbang laboratorium stasiun televisi yang berlokasi di Program Pendidikan Vokasi kepada UI.

Gaib MS dari MNC Trijaya FM juga berharap Rektor terpilih harus independent, berjarak dengan kekuasaan, dan memiliki idealisme. Sementara, Stefanus Pramono dari Tempo berharap UI bisa menjadi voice of voiceless yang responsif dan berani atas situasi yang terjadi di masyarakat.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI, Prita Laura, juga turut memberikan pandangannya terkait Balon Rektor UI. Menurutnya, Rektor yang dibutuhkan adalah yang memiliki kemampuan komunikasi. Hal ini karena kepercayaan publik adalah hal yang penting mengingat UI merupakan rujukan bagi pendidikan nasional, artinya sesuatu yang direkomendasikan oleh UI dan alumninya menjadi sebuah standar. “Untuk itu, penting sekali memilih seseorang yang mampu berkomunikasi serta memiliki citra publik yang baik, independensi, integritas, dan kepercayaan, karena Rektor akan menjadi branding publik dari UI,” ujarnya.

Di sisi lain, ada tantangan luar biasa yang dihadapi oleh alumni yang harus menjadi fokus Rektor UI ke depan. Ketua ILUNI UI, Didit Ratam, menyampaikan bahwa hanya sedikit lulusan universitas yang bekerja sesuai dengan bidang keilmuannya. Oleh karena itu, kurikulum yang diterapkan UI harus mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja. UI harus menjalin kemitraan dengan industri untuk melihat kebutuhan yang ada di lapangan. Selain itu, yang harus ditingkatkan adalah kemampuan belajar (adaptiveness). “Begitu cepatnya teknologi berkembang, kemampuan belajar atau konteks lebih penting daripada konten belajar, kata Didit.

Related Posts