iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Sedekah Hutan UI 2024 Dorong Pelestarian Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal

Depok, 2 Juni 2024. Universitas Indonesia (UI) melalui Komunitas Bakul Budaya Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya (FIB) dan Makara Art Center (MAC) mengadakan rangkaian Sedekah Hutan UI 2024 bertajuk “Upaya Pelestarian Lingkungan melalui Kearifan Lokal dan Gaya Hidup yang Berkelanjutan (Ramah dari Rumah)”. Acara yang berlangsung di tiga tempat, yakni Pelataran FIB UI, Gedung MAC UI, dan Hutan Kota UI tersebut diadakan pada 1–5 Juni 2024. Acara tahunan yang digelar untuk kali kedua ini sekaligus dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila dan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Rangkaian Sedekah Hutan UI 2024 dibuka dengan kirab budaya dari Pelataran FIB UI menuju Hutan UI. Kirab dilaksanakan sebanyak dua kali dengan diiringi tabuhan angklung dari Komunitas Adat Ciptagelar, Sukabumi. Upacara adat di Hutan UI diikuti dengan pelepasan burung dan ikan ke alam liar, serta penanaman pohon secara simbolis oleh perwakilan dari Komunitas Bakul Budaya dan MAC UI. Sebanyak lebih dari 350 peserta turut hadir pada acara tersebut dengan mengenakan pakaian adat berbagai daerah, seperti Gayo, Minang, Bali, Bugis, Sunda, Jawa, Dayak, dan Papua.

Menurut Ketua Umum Bakul Budaya, Dewi Fajar Marhaeni, kegiatan Sedekah Hutan UI 2024 bertujuan untuk mengenal nilai-nilai kearifan lokal dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Masyarakat adat di Indonesia maupun dunia telah melakukan antisipasi terhadap kerusakan lingkungan tanpa merusak ekologi, sehingga nilai-nilai tersebut perlu diadopsi. Selain itu, gerakan Ramah dari Rumah perlu didorong untuk meminimalisasi sampah ke TPA, menciptakan kesadaran akan pentingnya memilah dan memanfaatkan sampah, serta membangun ekonomi sirkular di masyarakat.

Untuk itu, pada acara tersebut hadir empat tokoh adat yang berbagi pengalaman terkait upaya pelestarian lingkungan berbasis kearifan lokal. Mereka adalah Budayawan Kabupaten Garut, Asep Santanna; Jambatan Kasepuhan Ciptagelar/Gelar Alam, Yoyo Yogasmana; Perempuan Penghayat Kearifan Lokal Baduy Luar, Sariyah; dan Penjaga Lingkungan Hidup Berbasis Kearifan Lokal, Eko Wiwid Arengga. Eko yang berkegiatan di sekitar Gunung Gede mengatakan, nenek moyang bangsa Indonesia telah berwawasan lingkungan, salah satunya dibuktikan dengan adanya pohon rasamala dan puspa. “Pohon rasamala menjadi tempat bertenggernya elang, sedangkan wangi pohon puspa mengundang harimau dan macan tutul untuk mengasah kukunya pada batang pohon tersebut. Apabila kedua jenis pohon ini dibabat habis, bukan tidak mungkin hewan liar akan terdampak” katanya.

Oleh karena itu, diperlukan aturan yang membatasi agar kelestarian hutan dan lingkungan tetap terjaga, sebagaimana yang diterapkan oleh masyarakat Suku Baduy. Sariyah pada kesempatan itu menjelaskan ketentuan di Suku Baduy dalam pengaturan lahan. Ada lahan yang digunakan untuk pemukiman dan pertanian, namun ada pula hutan larangan. Aturan tersebut harus dipatuhi oleh Suku Baduy karena jika dilanggar, keseimbangan alam dapat terganggu.

Sementara itu, Yoyo Yogasmana dan Asep Satanna menyoroti pentingnya masyarakat adat untuk hidup berdampingan dengan modernitas dan teknologi, seperti masyarakat Kampung Adat Ciptagelar, Sukabumi yang memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kolaborasi antara nilai kearifan lokal dan teknologi dibutuhkan dalam menjaga keseimbangan alam. Keterlibatan tradisi menjadi penting sebab kebermanfaatannya telah dirasakan oleh masyarakat.

Kepala MAC UI, Dr. Ngatawi Al Zastrouw, menyebut bahwa solusi atas permasalahan lingkungan yang ada saat ini dapat ditemukan melalui tradisi. Menurutnya, Sedekah Hutan merupakan saintifikasi kearifan lokal dan sistem pengetahuan para leluhur terkait upaya menjaga alam dan pelestarian lingkungan hidup. “Ketika alam rusak, ekosistem lingkungan hancur akibat keserakahan manusia, sehingga bencana mengancam kehidupan manusia. Karena itu, kita perlu menggali sistem pengetahuan di dalam tradisi sebagai alternatif untuk mejawab problem lingkungan yang muncul saat ini,” ujarnya.

Sedekah Hutan UI 2024 yang merupakan kolaborasi antara Bakul Budaya FIB UI dan MAC UI juga didukung oleh berbagai pihak, seperti FIB UI; Ikatan Alumni (ILUNI) FIB UI; PT Freeport Indonesia; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI; serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

Related Posts