Depok, 23 September 2024. Universitas Indonesia (UI) menyambut kembali tim akreditasi internasional Accreditation Agency in Health and Social Sciences (AHPGS) pada Senin (23/9). Plt. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. Dedi Priadi, DEA., mengungkapkan bahwa UI sangat berhati-hati dalam menentukan lembaga akreditasi internasional. Hanya lembaga-lembaga yang dianggap memiliki kapabilitas dan diakui oleh pemerintah Indonesia yang dipilih, termasuk AHPGS, yang telah memiliki jaringan yang luas lintas benua. “Kami di sini melihat AHPGS memiliki indikator penilaian yang jelas dan dapat dijadikan acuan untuk evaluasi kinerja bagi kami selaku pihak universitas,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Prof. Dedi berharap lima program studi (prodi) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan dua prodi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) akan segera menyusul empat prodi dari Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) yang telah memperoleh akreditasi internasional dari lembaga yang sama pada tahun 2022. Kelima prodi FISIP yang akan menjalani akreditasi AHPGS antara lain Prodi S-1 Ilmu Komunikasi, S-1 Ilmu Hubungan Internasional, Prodi S-2 Ilmu Komunikasi, S-2 Ilmu Hubungan Internasional dan Prodi S-3 Ilmu Komunikasi. Sementara itu, dua prodi dari FIB yang menyatakan siap mengikuti prosedur penilaian oleh AHPGS, yaitu Prodi S-1 Ilmu Perpustakaan dan S-1 Sastra Indonesia. Asesmen lapangan oleh AHPGS akan dilakukan selama dua hari pada tanggal 23 dan 24 September 2024.
Sekretaris Universitas UI, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D., yakin bahwa akreditasi internasional yang akan diperoleh FISIP dan FIB menjadi salah satu tanda bahwa kualitas Rumpun Ilmu Sosial dan Humaniora (Soshum) UI mampu bersaing di tingkat global. Selain itu, bermodalkan akreditasi AHPGS ini, Ia berharap peluang kolaborasi dengan perguruan tinggi di Eropa semakin terbuka lebar. dr. Agustin menyadari betul tantangan mewujudkan internasionalisasi rumpun ini lebih tinggi dibandingkan Rumpun Ilmu Sains dan Teknologi (Saintek) maupun RIK. “Walaupun sampai saat ini rumpun soshum masih berproses untuk meningkatkan internasionalisasi, namun perlu diketahui bahwa sivitas akademika FISIP dan FIB telah melakukan berbagai langkah nyata yang kontribusinya terasa sampai lapisan terbawah melalui program pengabdian masyarakat dan kerja sama dengan pemerintah” ujarnya.
Core Expertise AHPGS yang juga Filolog Bahasa Indonesia asal University of Cologne, Prof. Edwin Wieringa mengapresiasi kinerja kedua fakultas dalam berkontribusi terhadap kemajuan Indonesia. Ia berharap kerja-kerja sosial yang dilakukan oleh UI mampu diselaraskan dengan motto “Entrepreneurial University”. Merespon harapan ini, dr. Agustin menyebutkan bahwa program pengabdian masyarakat telah membantu pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui ide-ide kewirausahaan yang dirumuskan secara bersama seperti optimalisasi produk olahan pisang dan ikan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara dan pengembangan kopi tuang di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur. Keseriusan UI dalam melakukan internasionalisasi rumpun soshum dilakukan melalui mekanisme pertukaran dosen dengan mitra di luar negeri.
Kepala Badan Penjaminan Mutu Akademik, Prof. Sri Hartati D. Reksodiputro, Ph.D., menjelaskan program adjunct professor di UI yang secara rutin mengundang staf pengajar internasional ke UI atau mengirim staf pengajar UI ke berbagai mitra luar negeri. Sebagai contoh prodi S-1 Ilmu Hubungan Internasional secara rutin bekerja sama dengan perguruan tinggi dari Korea Selatan untuk menyelenggarakan kelas bersama. Selanjutnya ada program research ambassador, Prof. Hartati membuka peluang kolaborasi dengan universitas yang berada di jajaran 100 besar dunia guna memacu inovasi dan daya saing di tingkat global.
Keterlibatan mahasiswa/i FISIP dan FIB di luar kampus melalui mekanisme program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) juga menjadi faktor lain yang dapat diperhitungkan dalam menilai kinerja kedua fakultas. Ketua Center of Independent Learning (CIL) UI, Astha Ekadiyanto, S.T., M.Sc menjelaskan bahwa UI menaruh perhatian yang besar terhadap MBKM. Bahkan, pada Anugerah Merdeka Belajar tahun 2023 UI berhasil menduduki peringkat pertama “Perguruan Tinggi dengan Persentase Mahasiswa Terbanyak Mengikuti Program MBKM”.
Kunjungan AHGPS ke UI dipimpin oleh Georg Reschaur selaku Managing Director bersama sembilan delegasi antara lain, Prof. Dr. Sandra Destradi, Prof. Christine Gläser, Prof. Dr. Marion Halfmann, Prof. Dr. Olaf Hoffjann, Prof. Dr. Jakob Lempp, Prof. Dr. Edwin Wieringa, Prof. Dr. Jana Wolf Sussman, Daniel Bachmann, dan Corina Sutter. Adapun, perwakilan UI yang hadir terdiri dari pimpinan di Pusat Administrasi dan juga pimpinan di FISIP dan FIB.