Sabtu (23/7/2016) Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UI meluluskan dua mahasiswanya, Nia Ayu Ismaniati Noerhadi dan Abdul Latif sebagai doktor yang mengangkat disertasi tentang penderita bibir sumbing dan celah pada langit-langit (CLP).
Keduanya membahas tentang kelainan bibir sumbing dan CLP. Ini merupakan kelainan bibir dan gigi yang umumnya terjadi sebagai cacat lahir atau kondisi genetik.
Pada kebanyakan bayi, serangkaian operasi dapat mengembalikan fungsi normal dan mencapai penampilan atau estetika yang normal dengan jaringan parut atau bekas luka minimal.
Nia Ayu merupakan lulusan doktor ke-88 dari FKG UI dan lulusan ketiga di tahun 2016. Sementara, Abdul Latif merupakan lulusan doktor ke-89 dan merupakan lulusan ke-4 di tahun 2016.
Disertasi Nia yang berjudul “Kajian Stabilitas Relasi Gigi dan Lengkung Maksilaris Setelah Perawatan Komperhensif Penderira Bibir Sumbing dan Langit-Langit Unilateral Komplit” telah diterima untuk dipublikasikan di jurnal riset terkemuka bidang Ortodonti, Orthodontics and Craniofacial Research Journal.
Dalam disertasinya, Nia mengangkat tentang evaluasi stabilitas jangka panjang perawatan penderita bibir sumbing dan CLP pada saat selesai perawatan, dua tahun pasca-perawatan, dan lima tahun pasca perawatan.
Hasilnya ternyata tingkat kestabilan bentuk mulut dan gigi pasca-operasi terus menurun seiring berjalannya waktu. Mayoritas kestabilan bentuk mulut dan gigi bertahan selama waktu lima tahun pasca perawatan.
Kedalaman lengkung pada gigi dan mulut merupakan yang paling stabil selama 5 tahun tersebut, diikuti oleh kestabilan jarak interkaninus yang bertahan dua sampai lima tahun pasca-perawatan. Lebar interpremolar merupakan jarak yang paling tidak stabil.
Sementara itu, disertasi Abdul Latif yang berjudul “Morfologi Wajah Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit Dewasa yang Tidak Dioperasi” merupakan suatu penelitian langka yang jarang ada.
Disertasi ini istimewa karena mengambil sampel etnis Proto Malayid, bukan Kaukasian seperti penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.
Selain itu, penelitian ini juga melakukan perbandingan dengan sampel orang dewasa yang belum pernah dioperasi bibir sumbing, yang notabene sampel ini jarang sekali ada.
Penelitian tersebut berfokus pada perbedaan bentuk wajah penderita bibir sumbing dan CLP antara orang dewasa yang tidak dioperasi dengan yang melakukan perawatan bibir dan mulut (kelompok kontrol).
Sampel penelitian ini diambil di Kupang, Nusa Tenggara dengan batasan usia antara 14—49 tahun. Hasilnya adalah pada kelompok dewasa yang tidak dioperasi, bentuk rahang atas lebih ke depan daripada kelompok kontrol.
Morfologi wajah kelompok yang tidak dioperasi tampaknya dapat tumbuh normal pada arah anteropostorior, walaupun patut digarisbawahi bahwa setiap jenis sumbing memiliki karakteristik sefalometri morfologinya sendiri.
Penulis : Wanda Ayu