Depok, 13 November 2024. Menurut laporan survei dari Badan Pusat Statistik (BPS), pandemi Covid-19 tahun 2020 telah menyebabkan penurunan produksi Industri Besar Sedang (IBS) dan Industri Mikro Kecil (IMK) di Indonesia. Kedua skala industri tersebut mengalami penurunan pertumbuhan produksi secara signifikan pada year on year (YoY) di triwulan kedua tahun 2020, masing-masing sebesar minus 19,73% dan minus 21,31%.
Selain tekanan yang diakibatkan oleh krisis pandemi Covid-19, Dr. Ana Uluwiyah salah seorang Doktor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) mengatakan, industri manufaktur di Indonesia telah menghadapi tantangan sejak krisis ekonomi Asia pada tahun 1997. Sebelum krisis tersebut, sektor manufaktur telah menjadi pilar ekonomi Indonesia sejak tahun 1960-an. Namun di akhir tahun 1997, isu deindustrialisasi mulai muncul.
“Oleh sebab itu, penting untuk menganalisis dampak krisis terhadap kinerja perusahaan industri manufaktur di Indonesia guna memahami bagaimana krisis memengaruhi ketahanan perusahaan dalam sektor ini,” ujar Dr. Ana dalam sidang promosi doktor pada Jumat (8/11) di Gedung Pascasarjana FEB, Kampus UI Depok.
Analisis yang telah dituangkan dalam disertasinya tersebut memiliki empat tujuan, yaitu mengembangkan indeks kinerja perusahaan pada level mikro, mengukur tingkat ketahanan perusahaan IBS terhadap Covid-19, menganalisis dampak Covid-19 terhadap kinerja perusahaan industri IBS dan IMK, dan menganalisis peran strategi ketahanan terhadap pengaruh dampak COVID-19 pada kinerja perusahaan yang tujuannya untuk mendapatkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.
Dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Pandemi Covid-19 dan Strategi Ketahanan Terhadap Kinerja Perusahaan Industri Manufaktur di Indonesia” ini didapatkan hasil bahwa rata-rata indeks kinerja perusahaan pada masa pandemi Covid-19 untuk IBS dan IMK mengalami penurunan signifikan. Meskipun demikian, IBS menunjukkan pemulihan kinerja pasca awal pandemi, meskipun belum mencapai level pra-pandemi.
Kemudian, pada perbedaan kinerja berdasarkan lokasi dan jenis produk, Dr. Ana mengatakan bahwa pada IMK, usaha di luar Jawa-Bali mengalami penurunan kinerja lebih besar dibandingkan di Jawa-Bali, sedangkan pada IBS perusahaan di luar Jawa-Bali atau yang menghasilkan produk pokok menunjukkan kinerja lebih baik. Namun, kinerja perusahaan non-pokok pulih lebih signifikan setelah awal pandemi.
Adapun, indeks ketahanan usaha IBS terhadap pandemi mencapai 84%, turun 16% dari kondisi normal. “Perusahaan yang terlibat dalam ekspor, inovasi, dan berada di kawasan industri lebih tahan terhadap pandemi,” kata Dr. Ana.
Pada sidang terbuka promosi doktor tersebut, Dr. Ana Uluwiyah berhasil mempertahankan disertasinya dan memperoleh predikat sangat memuaskan. Ia lulus sebagai doktor ke-149 Bidang Ilmu Ekonomi. Dalam sidang promosi tersebut, dipimpin oleh Arief Wibisono Lubis, Ph.D.; dengan promotor Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, Ph.D.; dan dua Ko-promotor yaitu Chaikal Nuryakin, Ph.D.; dan Prof. Dr. Djoni Hartono. Sementara para penguji terdiri atas Rus’an Nasrudin, Ph.D. (Ketua Penguji); I Dewa Gede Karma Wisana, Ph.D., T. M. Zakir S. M., Ph.D.; Mohamad Dian Revindo, Ph.D.; dan Prof. Maman Setiawan, Ph.D.