iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Swara dari UI Permudah Partisipasi Kelompok Disabilitas pada Penelitian Sosial

Depok, 20 Oktober 2023. Berawal dari kesulitan dan kendala saat melakukan penelitian terhadap kelompok disabilitas, Dr. Husnul Fitri, S.Psi. M.Si.—Dosen Kajian Pengembangan Perkotaan, Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG), Universitas Indonesia (UI)—tergerak untuk menciptakan inovasi Swara, yaitu konsepsi perangkat lunak/aplikasi survei penyelesaian mandiri berbasis web/seluler yang memanfaatkan teknologi antarmuka pengguna suara. Inovasi ini berhasil menjadi satu dari lima inovasi di dunia yang memperoleh hibah Sage Concept Grant tahun 2023 dari Sage Methodspace untuk mendukung pengujian konsep dan ide-ide tahap awal.

“Saya sangat bersyukur menjadi penerima Sage Concept tahun ini. Sejak mengirimkan Swara ke Sage Concept Grants, saya telah berbicara dengan rekan-rekan yang ahli di bidang artificial intelligence tentang kemungkinan membawa teknologi ini ke kehidupan nyata. Tentu saja, diperlukan lebih banyak waktu untuk membahas bentuk Swara yang optimal agar dapat menjadi aplikasi yang membantu peneliti dan memberi manfaat luas dalam penelitian sosial, khususnya untuk kelompok disabilitas,” ujar Dr. Husnul.

Swara merupakan ide rintisan alat survei berbasis teknologi speech to text yang diciptakan untuk mendukung kelompok disabilitas—khususnya tunanetra (visually impaired) dan orang dengan keterbatasan gerak tangan (limited hand mobility persons)—agar terlibat lebih luas dan berpartisipasi lebih nyaman dalam survei atau penelitian sosial. Efektivitas yang ditawarkan alat ini tidak hanya bermanfaat bagi responden dari kelompok disabilitas, tetapi juga peneliti.

Inovasi Swara diharapkan mampu mengumpulkan data kuantitatif dengan sistem yang user-friendly untuk kelompok disabilitas. Tidak seperti pengumpulan data konvensional, Swara menggunakan voice over untuk membaca pertanyaan survei, mencatat dan menganalisis (yaitu menyortir, mengategorikan) respons berbasis ucapan, serta menampilkan data pada spreadsheet. Dengan begitu, proses pengumpulan dan analisis data melalui alat ini menjadi lebih mudah dan cepat.

Menurut Dr. Husnul, nama Swara diambil dari kata dalam bahasa Sanskerta yang berarti ‘suara, bunyi, atau nada’. Penciptaan inovasi ini didasarkan pada prinsip bahwa kemajuan teknologi di bidang penelitian harus memberikan manfaat bagi populasi yang lebih beragam, sehingga memungkinkan peneliti untuk memahami berbagai kelompok masyarakat secara luas. Dalam hal ini, teknologi berperan untuk memfasilitasi penelitian tanpa mengorbankan kualitasnya.

Ia mengatakan, “Melalui Swara, saya juga ingin menyampaikan bahwa banyak sekali ide dan konsep yang dapat lahir dari peneliti sosial yang kemudian dikolaborasikan dengan peneliti dari berbagai bidang ilmu lainnya untuk menghasilkan teknologi yang dapat memberikan manfaat bersama.”

Dr. Husnul juga menambahkan bahwa Swara bukanlah teknologi baru karena sudah digunakan dalam revolusi teknologi speech to text. Namun, inti dari inovasi tersebut adalah agar teknologi alih suara dapat diperluas dalam bidang penelitian sosial serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan responden dari kalangan disabilitas.

Dalam pengembangan inovasi Swara, Dr. Husnul melihat ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dengan cermat. Pertama, program ini harus dapat menjalin hubungan antara pengenalan suara dan teks sebagai kode perintah. Kedua, beragam variasi suara manusia, seperti timbre, pitch, dan modulasi, harus dikenali karena berdampak pada penafsiran yang akurat dan respons yang sesuai. Selain itu, Swara harus memiliki alternatif respons untuk mengantisipasi permasalahan kelelahan pengguna.

Faktor-faktor tersebut menjadi tantangan besar dalam pengembangan Swara. Oleh sebab itu, dibutuhkan lebih banyak kolaborasi untuk menciptakan Swara agar benar-benar “bisa berbicara” di dunia nyata. “Saya mengundang para mitra untuk bersama-sama mengembangkan Swara, mulai dari uji konsep hingga membangunnya menjadi sebuah prototipe untuk penerapan praktis,” kata Dr. Husnul.

Related Posts