Depok, 1 November 2024. Universitas Indonesia (UI), sebagai universitas yang inklusif, toleran, unggul, dan mandiri, terus mendukung penyebaran wawasan strategis terkait keamanan maritim di Samudra Hindia, sebuah kawasan vital bagi stabilitas global. Melalui Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UI menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk “Maritime Security in The Indian Ocean Region: The Military and Naval Dimension” pada Kamis, 24 Oktober 2024, di Auditorium Komunikasi FISIP UI. Acara ini menghadirkan Duta Besar Sri Lanka untuk Indonesia dan ASEAN, Laksamana Prof. Jayanath Colombage, sebagai pembicara utama.
Prof. Jayanath memaparkan bahwa kawasan Samudra Hindia memiliki posisi strategis karena menghubungkan Asia, Afrika, Australia, dan Antartika serta menjadi jalur penting bagi pengiriman energi dan perdagangan global. Dua pertiga dari pengiriman minyak dunia melewati kawasan ini, menjadikannya titik krusial bagi ekonomi dunia. Prof. Jayanath menyoroti berbagai ancaman terhadap stabilitas maritim di wilayah ini, antara lain perompakan, terorisme maritim, kompetisi kekuatan besar, serta perlombaan militer. Selain itu, ketegangan geopolitik antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat, China, Rusia, dan India semakin memicu eskalasi konflik di kawasan tersebut.
Dalam sesi ini, Prof. Jayanath juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan maritim di tengah isu perubahan iklim dan polusi laut. Menurutnya, Samudra Hindia menghadapi tekanan besar dari aktivitas manusia, seperti pembuangan sampah plastik, polusi, dan pemanasan global yang menyebabkan kenaikan permukaan laut. Degradasi lingkungan laut ini berdampak besar karena laut menghasilkan 50% oksigen yang kita hirup, menyerap 40% karbon dioksida, dan meredam sekitar 90% panas matahari. Keseimbangan laut yang terganggu dapat membawa konsekuensi serius bagi stabilitas iklim global.
Prof. Jayanath menegaskan bahwa menjaga stabilitas maritim membutuhkan kerja sama internasional yang menghormati kedaulatan negara-negara di kawasan ini. Berbagai inisiatif, seperti Belt and Road Initiative (BRI) oleh China, strategi Indo-Pasifik oleh ASEAN, dan peran Quad (Amerika Serikat, India, Australia, dan Jepang) diharapkan mampu menciptakan kerja sama yang berkelanjutan di Samudra Hindia. Namun, ia juga menekankan bahwa kolaborasi ini harus dijalankan dengan menghormati kepentingan masing-masing negara.
Dekan FISIP UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, menyatakan bahwa melalui kuliah tamu ini, FISIP UI menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan wawasan mahasiswa terkait isu-isu global yang strategis. Kuliah tamu ini menjadi ajang bagi mahasiswa untuk mendalami tantangan dan peluang dalam kerja sama maritim serta pentingnya peran Indonesia dalam menciptakan kawasan yang aman dan stabil di Samudra Hindia.
Dalam mendukung 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya tujuan ke-14 tentang ekosistem laut, UI berupaya mengedukasi mahasiswa tentang pentingnya kolaborasi dalam menjaga keberlanjutan lingkungan laut. Komitmen UI sebagai universitas inklusif, toleran, dan mandiri diwujudkan dengan menciptakan ruang bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang untuk memahami dan terlibat dalam diskusi-diskusi mengenai keamanan dan keberlanjutan maritim. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai UI sebagai institusi pendidikan unggul yang tidak hanya berfokus pada kualitas akademik, tetapi juga pada pengembangan pemahaman terhadap isu global yang relevan dengan tantangan era modern.