id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tenun Tidore Warisan Wastra Nusantara yang Underated

Depok, 19 September 2024. Universitas Indonesia (UI) melalui Komunitas Bakul Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) dan Makara Art Center (MAC) menyelenggarakan seminar nasional bertajuk “Menenun Cerita Tenun Tidore” untuk memperingati Hari Tenun Nasional yang dirayakan setiap 7 September. Acara yang berlangsung di Auditorium MAC UI, pada Sabtu (7/9) lalu, ini juga bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Ke-2 Komunitas Bakul Budaya yang telah berkiprah melestarikan budaya Indonesia sejak 3 September 2022.

Ketua Umum Komunitas Bakul Budaya, Dewi Fajar Marhaeni, mengatakan bahwa seminar ini bertujuan untuk memperkenalkan kembali motif tenun khas Tidore yang sempat hilang satu abad lamanya. Kegiatan ini sejalan dengan misi yang diperjuangkan Komunitas Bakul Budaya, yakni melestarikan budaya, merawat bumi, dan merajut kebhinekaan.

“Kami berharap masyarakat lebih mengenal tradisi tenun dari Indonesia bagian timur, karena melalui Wastra Nusantara, kita dapat memperkuat jati diri bangsa. Oleh sebab itu, mari kita memasyarakatkan Tenun Tidore agar lebih dikenal secara luas,” ujarnya.

Tradisi menenun mewariskan kesabaran dan keuletan bagi bangsa Indonesia. Menurut Kepala MAC UI, Dr. Ngatawi Al-zastrouw, setiap tenun memiliki kisahnya masing-masing, termasuk tenun khas Tidore. Dalam kesempatan tersebut, Pendiri Puta Dino Kayangan, Anita Gathmir menceritakan kisahnya dalam menghidupkan kembali tradisi menenun di kalangan masyarakat Tidore. Upaya pelestarian dilakukan setelah ia menyadari bahwa budaya di Tidore makin terkikis.

“Suatu hari, saya menyaksikan prosesi adat di Tidore yang justru kental dengan nuansa budaya Jawa. Dari situ, saya tergerak untuk menelusuri kembali tradisi wastra yang berkembang di Tidore, karena sangat mustahil kesultanan yang mengepalai Uli Siwa tidak memiliki motif tenun khasnya,” ujar Anita.

Penelusuran yang dilakukannya menemukan titik terang saat seorang nenek membawa kain tenun lusuh. Kain tersebut merupakan peninggalan dari ibu sang nenek. Dengan segala keterbatasan yang ada, Anita merekonstruksi motif tenun asli Tidore tersebut dengan dibantu oleh keluarga Sultan Tidore. Pada 2020, Anita bersama beberapa anak didiknya berhasil mereka ulang Tenun Tidore dengan menggunakan metode sukit.

“Kekhasan lain dari Tenun Tidore adalah bahan dasarnya yang berasal dari buah nanas dan pisang dengan pewarna mengandalkan cengkih dan pala yang memang banyak di sana. Produk ini kami hasilkan bukan untuk bisnis semata, tetapi juga pelestarian budaya,” kata Anita.

Anita juga mempromosikan Tenun Tidore hingga ke tingkat internasional. Ia memperkenalkan tenun jenis ini ke Amerika Serikat, Jepang, dan Maroko. Melalui langkah itu, ia berharap ada kesadaran kolektif yang tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia untuk menghargai warisan budaya, khususnya tradisi tenun di Nusantara.

Kegiatan seminar yang diikuti oleh 500 peserta tersebut juga menampilkan Tari Makjang yang berasal dari Tidore. Tarian ini mengandung nilai suka cita dan semangat juang rakyat yang tidak pernah padam. Selain itu, tarian lain, seperti Tari Piring, Tari Dinggu, dan Tari Tepak Selaras, juga turut memeriahkan acara.

Related Posts