id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Terapi Oksigen Hiperbarik Bisa Jadi Pilihan Terapi

ilustrasi medis

Berita terbakarnya salah satu chamber hiperbarik di RSAL Jakarta, menjadi pukulan tersendiri mengingat musibah terjadi pada pusat fasilitas kesehatan.

Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi pemberian oksigen 100 % di dalam ruang dengan tekanan tinggi. Dengan pemberian oksigen tinggi misal pada sebuah luka, maka diharapkan terjadi penyembuhan luka dan terjadi perbaikan proses oksigenisasi pada luka yang sedang meradang yang umumnya mengalami kekurangan oksigen.

Modalitas hiperbarik ini pernah diteliti pada pasien-pasien kolitis radiasi, yaitu pasien yang mengalami peradangan pada usus bawahnya akibat efek samping terkena paparan dari radioterapi. Hal ini bisa terjadi pada pasien kanker mulut rahim yang mengalami radioterapi atau pasien kanker prostat yang menjalankan radioterapi.

Penelitian seputar peran hiperbarik di bidang gatroenterologi ini pernah dilakukan oleh Dr. Suyanto Sidik SpPD-KGEH, SpKL. Penelitian yang dilakukan beliau untuk mengambil gelar Doktor di bidang kedokteran. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2004 sampai 2006.

Hasil penelitian sudah dipublikasi pada Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy pada edisi April 2007. Pada penelitian yang dilakukan  secara acak ganda satu kelompok pasien yang mengalami kolitis radiasi dengan mendapat hiperbarik dan kelompok lain dengan kolitis radiasi tanpa hiperbarik.

Ternyata setelah mendapatkan hiperbarik angka kejadi proktitis radiasi secara bermakna pada kelompok yang mendapatkan hiperbarik dibandingkan pada kelompok yang tidak mendapat hiperbarik.

Evaluasi dampak pengobatan setelah enam bulan baik secara endoskopi (peneropongan saluran cerna secara langsung) maupun secara pemeriksaan histopatologi.

 

Penulis : Dr.dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB,FINASIM, FACP

 

Related Posts

Leave a Reply