iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Transformasi Penanganan Endometriosis dengan Kecerdasan Buatan Mampu Tingkatkan Kualiatas Reproduksi

Ketua Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Indonesia (UI), Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M.A., Ph.D. mengukuhkan Prof. Dr. dr. R Muharam, SpOG, Subsp. F.E.R, MPH sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran (FK) UI, pada Sabtu (2/12), di Aula IMERI FKUI Salemba, Jakarta. Prof. Muharam dikukuhkan sebagai guru besar setelah menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Transformasi Penanganan Endometriosis secara Komprehensif dengan Kecerdasan Buatan sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Reproduksi di Masa Depan”.

Dalam pidatonya, Prof. Muharam menyebut bahwa endometriosis merupakan salah satu penyebab morbiditas ibu dalam bidang imunoendokrinologi reproduksi. Endometriosis merupakan penyakit inflamasi kronik berupa tumbuhnya jaringan abnormal menyerupai endometrium di luar kavum uteri dan miometrium yang memicu reaksi peradangan kronis, bersifat progresif dan memiliki angka kekambuhan tinggi. Gejala endometriosis bervariasi, di antaranya nyeri haid, infertilitas, nyeri saat berhubungan seksual, gangguan pada siklus menstruasi, hingga ketidaknyamanan saat buang air besar.

Prevalensi endometriosis saat ini cukup tinggi, mencapai 190 juta kasus di dunia, di mana 6-10 persen ditemukan pada wanita usia reproduktif. Angka kekambuhan endometriosis juga cukup tinggi, yaitu 23-56 persen. Akan tetapi, Prof. Muharam mengemukakan bahwa diagnosis endometriosis sering mengalami keterlambatan hingga 7–11 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti onset atau serangan awal dari gejala, nyeri yang dianggap normal oleh dokter, hingga adanya misdiagnosis. Padahal, endometriosis membawa risiko yang besar terhadap sistem reproduksi.

“Salah satu dampak terbesar dari endometriosis adalah infertilitas. Saat ini, banyak pasien-pasien endometriosis yang dirujuk ke pusat rujukan fertilitas tertier seperti Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dalam keadaan berat dengan cadangan sel telur yang sudah sangat sedikit karena keterlambatan diagnosis, over treatment dan operasi berulang-ulang, menyebabkan angka keberhasilan kehamilan pasien endometriosis tersebut menjadi kurang baik,” ujar Prof. Muharam.

Hingga saat ini, modal terapi pilihan utama untuk endrometriosis adalah terapi medisinal dan pembedahan konservatif sampai definitif dengan fokus tata laksana adalah preservasi fertilitas. Terapi medisinal mencakup penggunaan pil kontrasepsi dan progestin yang mempunyai ketahanan terhadap resistensi progesteron seperti golongan dienogest. Pilihan kedua adalah pembedahan konservatif maupun definitif atau radikal, yang dilakukan bila sudah menyebabkan gangguan pada organ vital lainnya seperti ureter, usus dan kandung kemih.

Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) juga menunjukan hasil yang baik bagi manajemen fertilitas pada perempuan dengan endometriosis. Pasien infertilitas dengan endometriosis tingkat ringan (stadium I/II rASRM) dapat melakukan Inseminasi Intrauterin (IUI) dan stimulasi ovarium. Sementara itu, Fertilisasi In Vitro dapat dilakukan untuk endometriosis tingkat sedang-berat (grade III-IV). Lebih lanjut, tata laksana endometriosis saat ini juga mencakup imunoterapi, stemcell dan kecerdasan buatan.

Menurut Prof. Muharam, kecerdasan buatan merupakan sebuah keniscayaan dalam tata laksana endometriosis untuk mengatasi patofisiologi endometriosis yang kompleks. Dengan berbekal empat akar utama kecerdasan buatan, yaitu Machine learning (ML), Natural Language Processing (NLP), Artificial neural networks (AAN), dan Computer Vision, dapat dibuat suatu kecerdasan buatan baru yang membantu tata laksana endometriosis di masa mendatang. Kecerdasan buatan akan mampu memperbaiki kemampuan diagnostik, meningkatkan terapi personal, memperbaiki luaran operasi, mencari patofisiologi dan memperbaiki keakuratan derajat keparahan dari endometriosis.

Sebelum melakukan kajian tentang penanganan endometriosis dengan kecerdasan buatan ini, Prof. Muharam telah melakukan banyak penelitian. Beberapa di antaranya adalah Downregulation of miR-93 negatively correlates with overexpression of VEGFA and MMP3 in endometriosis: a cross-sectional study (2023), Impact of COVID-19 Vaccination on IVF Outcomes: A Systematic Review (2023), dan Cytotoxic activity of peripheral blood mononuclear cells in patients with endometriosis: A cross-sectional study (2022).

Prof. Dr. dr. R Muharam, SpOG, Subsp. F.E.R, MPH menamatkan Program Pendidikan Dokter FK UI pada 1993; menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK UI pada 2001; menamatkan Program Konsultan Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi dari Kolegium Obstetri dan Ginekologi Indonesia pada 2005; memperoleh gelar Doktor Ilmu Kedokteran di FK UI pada 2011; dan menyelesaikan Program Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada pada 2020. Ia merupakan Staf Khusus Direktur Pelayanan Medik Keperawatan dan Penunjang, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Kepala Divisi Imunoendokrinologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM/FKUI.

Prosesi pengukuhan guru besar Prof. Muharam turut dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI periode 1998-1999, Prof. Dr. dr. H. Faried Anfasa Moeloek, Sp.OG(K); Menteri Kesehatan RI periode 2014-2019, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K); Dekan Definitif Pertama Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Pertahanan RI, Mayjen TNI Dr. dr. Sutan Finekri Arifin Abidin, Sp. OG, Subsp. KFm, MARS, M.H; Direktur Utama Hermina Jatinegara, dr. Nienne Aridayanthi Hainun, MARS, M.H; Guru Besar FK Universitas Padjajaran/Ketua Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Wiryawan Permadi, Sp.OG, Subsp.FER; dan Guru Besar FK Universitas Airlangga/Ketua Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia, Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto, Sp.OG, Subsp.FER.

 

Penulis: Dyra Daniera

Related Posts