iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI Bangun Resiliensi Kesehatan Global

Depok, 14 Oktober 2024. Universitas Indonesia (UI) melalui Centre for Health Administration and Policy Studies (CHAMPS) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) menyelenggarakan training on Global Health Leadership and Diplomacy (GHLD) di Grand Mutiara The Ritz-Carlton, Jakarta Pusat, pada 2-4 Oktober 2024. Dengan tema “Be an Eloquent Catalyst for Global Health Resilience”, kegiatan ini bertujuan untuk untuk mengembangkan keterampilan dalam bidang diplomasi, kepemimpinan, dan komunikasi bidang kesehatan lintas global.

Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) Penny Dewi Herasati, mengapresiasi kegiatan pelatihan ini yang membahas teknik diplomasi kesehatan global di forum multilateral, seperti Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), ASEAN, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Peserta diharapkan dapat mempelajari strategi untuk menavigasi berbagai kepentingan dan agenda dari banyak negara sambil secara efektif memajukan prioritas kesehatan nasional Indonesia. Pelatihan ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang cara menegaskan posisi Indonesia dalam diskusi kesehatan global sambil berkontribusi pada solusi internasional yang kolaboratif,” ujar Penny.

Sementara itu, Sekretaris Universitas UI, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D., menyampaikan bahwa Indonesia dengan populasi besar dan lokasi geopolitik strategis, memiliki peran penting dalam diplomasi kesehatan global. Tantangan penyakit menular dan tidak menular, serta pengalaman pandemi Covid-19, menekankan kebutuhan Indonesia untuk memperkuat sistem kesehatannya melalui kolaborasi internasional.

“Partisipasi Indonesia dalam organisasi global seperti WHO, ASEAN, dan G20 menunjukkan potensinya untuk memiliki pengaruh lebih besar dalam negosiasi kesehatan global. Oleh karena itu, CHAMPS FKM UI diharapkan dapat memberikan solusi kebijakan sebagai pusat unggulan riset bidang kesehatan global di Asia Tenggara,” kata dr. Agustin.

Ia menjelaskan, GHLD merupakan program intensif tiga tingkat yang menggabungkan pengetahuan teoritis dengan pengalaman praktis. Program ini dirancang untuk mempersiapkan peserta agar mampu mewakili Indonesia di forum-forum internasional, seperti pertemuan WHO/WHA (World Health Organization/World Health Assembly).

Pelatihan ini terdiri dari tiga level, yaitu Foundational, Intermediate, dan Advanced. Modul pembelajaran mandiri mencakup topik penting seperti tata kelola kesehatan yang baik, dasar-dasar diplomasi, personal branding, dan teknik negosiasi.

Pelatihan ini juga mencakup sesi tatap muka yang dipimpin oleh diplomat dan para pakar yang ahli di bidang kesehatan dan diplomasi, dengan fokus pada keterampilan berbicara di depan umum, etika, dan negosiasi strategis melalui simulasi. Peserta juga akan terlibat dalam simulasi kompleks dan pelatihan mendalam tentang analisis geopolitik dan komunikasi krisis, untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan dalam diplomasi kesehatan global.

Pada acara tersebut dihadiri oleh Perwakilan WHO untuk Indonesia, Konsul Jenderal Republik Indonesia Dubai, para Direktur per-Bidang Kementerian Luar Negeri RI, staf Kementerian Keuangan, dan sivitas Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Materi pelatihan terdiri atas Tata Kelola Kesehatan Global, Dasar-Dasar Diplomasi, Personal Branding untuk Diplomat (mengembangkan citra diplomat, emosi, bahasa tubuh, identitas), Etika dan Tata Krama Diplomasi, Berbicara di Depan Umum untuk Diplomat, Teknik Negosiasi Strategis, Menangani Pers dan Media, Diplomasi Publik dan Komunikasi Lintas Budaya, Pengaruh dan Proyeksi Kekuatan Persuasi, dan Merancang Strategi untuk Keterlibatan Media Sosial.

“Program ini diharapkan dapat memberdayakan pembuat kebijakan, diplomat, dan profesional kesehatan di Indonesia untuk memperjuangkan prioritas kesehatan negara di tingkat global. Melalui kolaborasi lintas sektor dan penguatan kapasitas dalam forum internasional, Indonesia diharapkan mampu menjadi katalisator utama dalam mewujudkan ketahanan kesehatan global yang berkelanjutan,” ujar dr. Agustin.

Related Posts