id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI Beri Pembekalan Bagi 80 Mahasiswa Program Pertukaran dan Studi Luar Negeri 2024

Depok, 22 Juli 2024. Sebanyak 80 mahasiswa Universitas Indonesia (UI) peserta program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) Co-Funding 2024, Exchange Program 2024, ASEAN International Mobility Students (AIMS) Program, ASEAN University Network (AUN) ASEAN Credit Transfer System (ACTS) Program, dan Study Abroad with Fee-Paying Program, yang akan diberangkatkan pada Agustus–September 2024, mendapat pembekalan guna menunjang kesiapan mereka selama studi di luar negeri. Kegiatan pembekalan dan pra-keberangkatan tersebut dilakukan melalui Kantor Urusan Internasional (KUI) pada Kamis (18/7) di Balai Sidang UI, Kampus Depok.

Kepala KUI UI, drg. Baiduri Widanarko, M.KKK, Ph.D, mengatakan bahwa selama menjalani studi di luar negeri, mahasiswa UI harus mampu mempertahankan identitas kebangsaannya sekaligus beradaptasi dengan budaya yang ada di negara tujuan. “Kita harus bangga dengan identitas sebagai mahasiswa UI dan orang Indonesia, namun jangan menutup diri terhadap budaya baru. Pengalaman ini justru memberi kesempatan untuk belajar dan beradaptasi dengan kultur yang berbeda,” ujarnya.

Salah satu strategi adaptasi yang dapat ditempuh mahasiswa adalah dengan memperhatikan aspek sosiokultural dan aspek fisiologis, kata Elok Dianike Malay, S.Psi., M.Psi., Psikolog, pengajar di Fakultas Psikologi UI, yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut. Ia menambahkan, selama mahasiswa menempuh pendidikan di luar negeri mereka menghadapi banyak penyesuaian, mulai dari aspek sosiokultural dalam hal penyesuaian mencakup bahasa, gaya komunikasi, hubungan sosial, kebiasaan sehari-hari, nilai-nilai, hingga aturan yang berlaku.

Dari aspek fisiologis, katanya, penyesuaian yang dilakukan meliputi kondisi homesickness , kesepian, stres, dan kecemasan. “Untuk menghadapi berbagai penyesuaian, mahasiswa harus memiliki konsep diri yang kuat, sikap positif, dan manajemen harapan. Mahasiswa juga harus memiliki tujuan yang jelas dalam menimba ilmu di luar negeri. Kita harus menjaga nilai-nilai Indonesia, tetapi juga mengambil nilai-nilai baik dari budaya di luar sana. Oleh karena itu, manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya untuk mengubah hidup dan mengembangkan diri,” kata Elok.

Para peserta program tersebut juga mendapat edukasi tentang hal-hal yang harus diperhatikan selama menempuh studi di mancanegara yang disampaikan oleh Direktur Kemahasiswaan UI, Dr. Badrul Munir, S.T., M.Eng.Sc. Katanya, selama menempuh pendidikan di luar negeri status akademik mahasiswa awardee IISMA berubah menjadi “overseas”, sedangkan status akademik mahasiswa pada program pertukaran pelajar lainnya berubah menjadi “student exchange”.

Pada program IISMA, setiap awardee mendapatkan dosen pembimbing yang akan mendampingi, memonitor, mengevaluasi tugas atau logbook, dan memberikan feedback. Awardee mengajukan permohonan rekognisi dan konversi Satuan Kredit Semester (SKS) kepada Center for Independent Learning (CIL) UI dengan melampirkan kelengkapan dokumen. Permohonan tersebut kemudian dikirimkan melalui form konversi SKS CIL, yang akan diproses oleh fakultas masing-masing. Mahasiswa juga harus mengumpulkan dokumen sesuai ketentuan IISMA untuk kebutuhan pertanggungjawaban.

Narasumber lain di kesempatan tersebut adalah tiga alumni program pertukaran pelajar yang berbagi pengalaman selama menempuh pendidikan di luar negeri. Mereka adalah Navio Ramadhani Hereta Pratama (awardee IISMA Co-Funding 2023, University of Leicester); Kusuma Hayuningrum (Study Abroad with Fee Paying Program, Korea University); dan ⁠Kayla Shifa Azzahra (Exchange Program National, Quemoy University).

Menurut Kusuma, mahasiswa harus bersikap terbuka, memiliki rasa ingin tahu, aktif, dan saling menghargai. Ambil inisiatif untuk menjelajahi pengalaman baru dan bertemu dengan orang baru. Ia menekankan pentingnya mengelola keuangan secara bijak, misalnya menggunakan transportasi umum.

Sementara itu, Navio menyarankan bagi mahasiswa yang akan belajar di United Kingdom (UK) agar mengunjungi Cambridge dan Oxford guna melihat perbedaan atmosfer keduanya. “Bangun koneksi yang baik dengan teman-teman di sana dan jika rindu masakan Indonesia, carilah restoran Asia,” katanya.

 

Related Posts