Direktorat Inovasi dan Science Techno Park dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengadakan webinar yang menghadirkan Kepala Pusat Riset Koperasi, Korporasi, dan Ekonomi Kerakyatan BRIN Irwanda Wisnu Wardhana SST, MPD, Ph.D sebagai pembicara. Webinar ini membahas cara kolaborasi yang dapat dilakukan pada riset di Indonesia serta inovasi multipihak untuk mencapai Indonesia Maju 2045.
Dalam webinar bertajuk “Kolaborasi Riset Dan Inovasi Multipihak Untuk Pencapaian Indonesia Maju 2045”, Irwanda Wisnu Wardhana menjelaskan tiga hal terkait kolaborasi riset dan inovasi multipihak. Pertama, bagaimana dampak riset dan inovasi terhadap kemajuan ekonomi; kedua, bagaimana kemajuan negara sangat tergantung pada kemajuan teknologi, dan ketiga, membahas bentuk dukungan BRIN untuk kolaborasi Research-based Tri Darma.
Menurutnya, dampak dari riset dan inovasi terhadap kemajuan ekonomi dapat dilihat melalui pertumbuhan vaksin Covid-19 di Indonesia. “Apabila tidak dilakukan vaksinasi massal, prediksi terjadinya imunitas dan pulihnya ekonomi akan terjadi pada tahun 2024. Namun setelah dilakukan percepatan-percepatan, sekarang kita sudah dapat melepas masker dan terpukulnya agent of economy sudah mulai kembali pulih. Ini menggambarkan betapa hasil riset berdampak pada ekonomi,” ujar Irwanda Wisnu Wardhana.
“Technology Advancement sangat menentukan posisi bangsa kita. Kita harus mendorong para leaders saat ini maupun masa depan untuk selalu peduli pada kemajuan riset dan inovasi. Karena dapat dilihat pada tahun 2016 bagaimana ekspor barang berteknologi tinggi (hi-tech) relatif rendah dibandingkan negara yang lain seperti Cina, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan Meksiko. Hal ini sangat terasa sampai saat ini di mana kita masih dominan sebagai pasar, bukan produsen,” kata Irwanda Wisnu Wardhana menjelaskan.
Di akhir pemaparan, Irwanda menjelaskan inovasi yang dapat dilakukan BRIN di UI dalam menghubungkan para ekosistem yang terdiri pihak-pihak yang berkepentingan dengan riset teknologi yang salah satunya adalah dosen atau mahasiswa. Beberapa strategi tersebut antara lain strategi regulasi, strategi open platform untuk memudahkan terjalinnya kolaborasi, strategi mobilitas periset yaitu fasilitas kepada mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan dengan melakukan riset (degree by research), dan strategi skema fasilitasi seperti pendanaan untuk melakukan kolaborasi dengan dibentuknya pusat kolaborasi riset.
Acara yang diadakan pada Senin (20/6) ini diselenggarakan secara daring melalui zoom dan kanal youtube UI. Hadir dalam acara tersebut Dekan FEB UI, Teguh Dartanto, Ph.D; Direktur Inovasi dan Science Techno Park UI, Ahmad Gamal, S.Ars., M.Si., M.U.P., Ph.D; Direktur Administrasi, Data dan Pengelolaan Produk Riset dan Inovasi (ADPPRI) Universitas Indonesia, Suminto B. Ak., S.Sos., M.Si; dan dosen dan peneliti FEB UI, Luluk Widyawati, Ph.D.
Dalam pidato sambutan Direktur ADPPRI UI Suminto mewakili Wakil Rektor UI Bidang Riset dan Inovasi menyampaikan bahwa Perguruan Tinggi sebagai pusat ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian terpenting dalam sinergi n-helix.
Perguruan tinggi diharap mengimplementasikan Tri Darma untuk Indonesia maju, tumbuh, dan tangguh. “Upaya yang dilakukan oleh UI dalam mendukung, mendorong, serta menciptakan ekosistem riset dan inovasi adalah melalui berbagai fasilitasi meliputi penyediaan berbagai skema pendanaan baik internal maupun eksternal; penyediaan sarana dan prasarana meliputi laboratorium, co-working place, dan lainnya; dan penyediaan berbagai jenis pelatihan dan sertifikasi, dan lain sebagainya,” ujar Suminto.
Sementara itu, Ahmad Gamal dalam pidatonya saat membuka acara memaparkan tentang peran Direktorat Inovasi dan Science Techno Park UI dalam melakukan kolaborasi riset dan inovasi multipihak dengan menjelaskan bagaimana proses strukturisasi antara UI, peneliti, dan mitra industri dalam menyusun kerangka kerja bersama.
Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan tujuan yang ingin dicapai bersama dan mengembangkan hasil riset untuk kepentingan bersama yang lebih besar. “Kolaborasi multipihak adalah sesuatu yang sangat ideal, yang menjadi tujuan standar dari kerja sama riset. Namun yang seringkali tidak kita pahami adalah betapa sulitnya untuk menetapkan model bisnis atau model kerja sama yang bisa memungkinkan untuk melaksanakan kerja sama multipihak dengan menemukenali seluruh kepentingan terkait dengan kerja sama tersebut,” ujar Gamal.
Dekan FEB UI Teguh Dartanto dalam closing remarks menyampaikan bahwa sains dan teknologi pasti berasal dari inovasi, dan inovasi bekerja sama satu sama lain dan saling berkolaborasi untuk memberikan yang terbaik untuk bidangnya masing-masing. “Saya selalu percaya bahwa tidak ada suatu masalah yang bisa diselesaikan dengan satu bidang ilmu, sehingga banyak masalah yang sifatnya kompleks multidisiplin yang penyelesaiannya harus lintas disiplin, butuh inovasi, dan kolaborasi. Dengan adanya BRIN, kita berharap bisa menjawab mimpi mengenai kolaborasi, bagaimana membangun ekosistem, dan inovasi menjadi lebih baik,” ujarnya.
Ia berharap dengan adanya kolaborasi bersama BRIN, dapat memecah atau mengurangi birokratisasi riset. Menurutnya riset yang terlalu banyak diintervensi atau diatur mungkin akan membuat peneliti tidak inovatif. Tak hanya itu, ia juga berharap sistem perizinan dan apapun yang terkait dengan riset semakin cepat prosesnya di mana BRIN dapat menjadi satu pintu perizinan yang semakin mudah.