id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI dan 29 Sekolah Bisnis Dunia Bahas Sikap Indonesia Hadapi Krisis Keuangan Global

pajak

Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI menjadi tuan rumah pertama di ASEAN sebagai penyelenggara “Deans and Director Meeting within Global Network for Advance Management”.

Tak kurang dari 29 dekan sekolah bisnis terkemuka di dunia berpartisipasi membahas transformasi peran sekolah bisnis dalam menjawab tantangan krisis keuangan global, serta isu-isu terkini dunia manajemen seperti startup, sustainability, social enterprise, transformational leadership dan executive education.

Konferensi dilaksanakan di Bali pada 21 – 22 April 2016.

Sejumlah universitas maupun business school yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut di antaranya Yale University, National University of Singapore Business School (Singapore), Haas School of Business, University of California Berkeley (USA), IMD (Switzerland), London School of Economics and Political Science, Department of Management (United Kingdom) dan Hitotsubashi University, Graduate School of International Corporate Strategy (Japan).

FEB UI berbangga hati dapat mengambil peran dan prakarsa untuk berdialog dan bekerja sama dengan sekolah bisnis top dunia agar institusi pendidikan khususnya fakultas ekonomi dan bisnis mampu bergerak cepat memberikan solusi bangsa mengingat perubahan lingkungan yang semakin cepat.

Dalam diskusi yang berlangsung, terdapat sejumlah pertanyaan yang disampaikan para pemimpin Business School diantaranya Julia Von Maltzan Pechace (Dekan FGV EGADE – Brazil) yang ingin mengetahui pengalaman Indonesia dalam mengelola intervensi politik dalam proses penanganan krisis.

Mengingat saat ini Brazil tengah menghadapi krisis politik yang berpeluang bermuara pada krisis keuangan. Selain itu, Murali Chandrashekaran (Dekan UBC Sauder School – Kanada) juga tertarik mengetahui bagaimana pola leadership dan manajemen di Indonesia untuk menyinergikan semua kekuatan dan kepentingan sehingga membantu Indonesia keluar dari krisis.

Menjawab hal tersebut, Dekan FEB UI Prof. Ari Kuncoro menjelaskan bahwa salah satu pilar utama resiliensi adalah koordinasi tim ekonomi yang solid yang mampu mengelola kebijakan perekonomian.

Dimulai dari era kepemimpinan Prof. Sumitro Djojohadikusumo, diteruskan oleh Prof. Widjojo Nitisastro, Prof. Ali Wardhana, Prof. Saleh Afiff, dan kemudian Prof. Dorodjatun Kuntjorojakti.

Para ekonom tersebut memiliki leadership dan manajemen yang efektif dalam mengelola konflik dengan kelompok kepentingan yang terimbas oleh setiap kebijakan ekonomi yang dibuat. Soliditas tim ekonomi ini diteruskan oleh kepemimpinan baru ekonom yang lebih muda, yaitu Sri Mulyani, Chatib Basri, dan kini Bambang Brodjonegoro serta Darmin Nasution.

Keberlanjutan dan konsistensi pendekatan yang digunakan oleh para ekonom ini membuat grand design perekonomian Indonesia yang telah dirancang sejak jaman Prof. Sumitro Djojohadikusumo tetap bisa dijaga inklinasinya.

Prof. Dorodjatun Kuntjorojakti yang turut hadir dalam pertemuan tersebut menambahkan perlunya pengambil kebijakan ekonomi di negara berkembang (seperti Indonesia dan Brazil) untuk memahami perkembangan dan perilaku kekuatan politik yang ada.

Pada kasus Indonesia, ada lima kekuatan politik utama: partai politik, militer, media, universitas dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Menyeimbangkan kelima kekuatan utama tersebut sangat penting diterapkan pada setiap perancangan kebijakan ekonomi.

Hasilnya Indonesia bisa keluar dari krisis ekonomi lebih cepat dengan resiliensi yang lebih kuat. Inilah leadership dan manajemen ala pengambil kebijakan perekonomian Indonesia yang bisa menjadi referensi bagi negara lain.

Dekan Yale School of Management Edward ‘Ted’ Snyder mengatakan bahwa pelajaran dari Indonesia ini sangat penting sekali bagi dunia. Krisis keuangan global yang terjadi saat ini telah memakan korban banyak negara, terutama negara berkembang.

Salah satu sumber masalah yang terjadi di negara-negara tersebut adalah koordinasi dan leadership yang lemah dari para pengambil kebijakan ekonominya. Sumber yang lain adalah banyak posisi menteri bidang perekonomian di negara-negara tersebut yang diisi oleh politisi, pengusaha, maupun orang yang punya kepentingan dengan kekuasaan.

Ted Snyder menambahkan bahwa resiliensi yang dimiliki Indonesia terhadap krisis keuangan global menjadikan Indonesia menjadi negara yang sangat penting bagi dunia. Indonesia berkontribusi terhadap stabilitas global, serta semakin menunjukkan kekuatannya sebagai penyeimbang bagi model perekonomian yang dijalankan oleh China dan India.

Direktur MM FEB UI Harryadin Mahardika menyampaikan tiga hal penting yang bisa dijadikan rekomendasi kepada pemerintah. Pertama, pemerintahan Jokowi perlu tetap menjaga koordinasi yang solid antar tim ekonomi yang ada di dalam kabinet.

Konsistensi dalam hal pendekatan, gaya kepemimpinan dan manajemen konflik menjadi kunci utama dalam menciptakan tim ekonomi yang solid. Kedua, pemerintah harus bisa menyeimbangkan peran dari kekuatan politik yang ada di tanah air, yaitu partai politik, militer, media, universitas dan LSM.

Terakhir, pemerintah harus yakin dalam menjalankan grand design perekonomian nasional yang cetak birunya telah ada sejak awal orde baru.

Pertemuan ini dilakukan dalam kerangka kerjasama Global Network for Advance Management (GNAM) yang telah berjalan sejak tahun 2012. GNAM diprakarsai oleh Yale School of Management, yang kemudian mengajak satu sekolah bisnis terbaik dari negara-negara terpilih untuk bergabung dalam prakarsa ini. Saat ini terdapat 29 sekolah bisnis yang bergabung dengan GNAM.

Penulis : Egia Tarigan

Related Posts

Leave a Reply