iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI Lakukan Edukasi Ekonomi Sirkular Lewat Kampanye #PlastikkuUangku

Paradigma masyarakat harus diubah, dari yang terbiasa dengan konsep “Buanglah sampah pada tempatnya”, menjadi “Pilahlah sampah sesuai jenisnya”. “Kita harus punya mindset, sampahku adalah tanggung jawabku, sehingga setiap orang punya kesadaran bahwa menjaga lingkungan adalah tugas setiap orang,” kata Rosa Vivien Ratnawati, S.H., M.Sc., Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, salah seorang narasumber pada webinar #PlastikkuUangku yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), pada Sabtu (5/3).

Sebagai perguruan tinggi yang memiliki kepedulian terhadap keberlangsungan lingkungan hidup, UI senantiasa berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak limbah plastik dan melakukan edukasi tentang ekonomi sirkular plastik. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui penyelenggaraan webinar #PlastikkuUangku oleh FTUI dan Le Minerale dengan tema “Ekonomi Sirkular: Solusi Limbah Plastik Indonesia dan Mitigasi Perubahan Iklim”. Acara tersebut diikuti oleh mahasiswa yang tergabung dalam Green Polymer Technology (GPTech) dan terbuka untuk umum.

Dekan FTUI Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., menyampaikan dalam pidato sambutan, FTUI berkomitmen dan memfokuskan diri pada penanganan limbah dan penghijauan, dan saat ini memiliki program pemilahan sampah organik dan anorganik. Hampir 90% sampah organik diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik diolah dan didaur ulang oleh bank sampah Depok. Selain itu, sebagian botol plastik dicacah untuk sampel penelitian mahasiswa dan dosen.

“Salah satu hasil penelitian ini adalah aspal berbahan sampah plastik multilayer. Pengaspalan jalan dilaksanakan di Jalan Sumitro, Kampus UI Depok. Ini merupakan bagian dari proyek percontohan pemanfaatan bahan limbah plastik bernilai rendah sebagai campuran aspal. Total plastik yang digunakan adalah 75 kg sampah plastik kemasan mie instan. Area yang diaspal seluas 241 meter persegi,” kata Prof. Heri.

Keberhasilan penerapan ekonomi sirkular, khususnya untuk plastik, selain bertumpu pada efektivitas pengelolaan limbah plastik juga pada beberapa aspek lain. Proses produksi bahan baku plastik yang dapat dipakai berulang-ulang (recycle), kebijakan pemerintah, serta keikutsertaan masyarakat merupakan aspek krusial lain yang dapat menyukseskan ekonomi sirkular. Oleh karena itu, dalam webinar #PlastikkuUangku UI berkolaborasi dengan mitranya, Le Minerale, dengan para narasumber yang merupakan tokoh kunci dalam penerapan ekonomi sirkular.

Direktur Keberlanjutan Le Minerale, Ronald Atmadja, menyampaikan gambaran ekonomi sirkular dari sudut pandang industri plastik. Menurutnya, plastik memiliki dua sisi, yakni sisi positif: ringan, kuat, tidak mudah korosi, murah, dan rendah karbon, dan sisi negatif: lama terurai sehingga menumpuk.

“Dengan ekonomi sirkular, plastik dan sampah lainnya dapat diregenerasikan dan digali nilai maksimum dari penggunaannya, serta mengurangi kebutuhan sumber daya alam yang baru. Tentunya ini dapat berjalan jika ada infrastruktur dan mentalitas yang tepat dari semua stakeholder, yaitu regulator, produsen, pelaku usaha, asosiasi dan masyarakat. Le Mineral sebagai produsen air mengambil sikap untuk menjadi katalis yang menyebarkan knowledge, meningkatkan kinerja industri daur ulang, dan membangun kemitraan hulu hingga hilir untuk ekonomi sirkular menjadi solusi nyata di Indonesia,” kata Ronald.

Terkait regulasi, Rosa Vivien menyampaikan, pemerintah telah menetapkan beberapa aturan mengenai pengolahan sampah. DPR RI Komisi 7 bersama dengan Kementerian Lingkungan Hidup mengeluarkan UU Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. UU tersebut mulai mengubah pandangan bahwa sampah yang semula ditangani lewat kumpul-angkut-buang, kini melewati pemikiran bagaimana sampah dapat berguna secara ekonomi menjadi sumber daya.

Menurut dosen FTUI, Dr. Mochamad Chalid, S.Si., M.Sc. Eng., masyarakat perlu mengubah konsep linier economy menjadi sircular economy. Stimulasi ekonomi akan mendorong banyak pihak untuk terlibat dalam pemanfaatan sampah daur ulang. “FTUI melakukan terobosan baru dengan membuat sebuah sistem tata kelola yang berorientasi pada sirkular ekonomi dengan pemberdayaan para OB (office boy). Sampah plastik yang dikumpulkan dan dipilah berdasarkan organik dan anorganik akan disetor oleh OB ke bank sampah yang ada di wilayah Depok. Sistem ini bersahabat bagi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan para OB,” kata Dr. Chalid.

Pada sesi dua webinar berkaitan dengan gambaran kondisi industri daur ulang plastik terkini di Indonesia, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), Christine Halim mengungkapkan bahwa saat ini industri daur ulang dibutuhkan di dunia, dan diperlukan tenaga kerja untuk itu. Hal ini karena limbah plastik bisa menjadi masalah yang sangat besar. “Jadi lebih baik kita memilah sampah dan mengolahnya kembali. Itu pasti akan berguna dan bisa menimbulkan nilai ekonomi yang berguna bagi banyak orang,” ujar Christine.

Pendiri The Plastic XChange & CNN Heroes 2021, I Made Janur Yasa, yang berpengalaman menginisiasi gerakan sosial terkait plastik, menyampaikan tentang penerapan ekonomi sirkular yang membutuhkan peran aktif masyarakat. Program/gerakan Plastic XChange adalah sebuah edu aksi, katanya. Ia mengajak masyarakat ikut mengatasi limbah plastik dimulai dari dari rumah.

Bersamaan dengan kegiatan webinar ini, Le Minerale bersama GPTech juga meluncurkan video perdana tentang edukasi plastik di kanal YouTube GPTech. Penyiaran video tersebut merupakan bagian dari program kerja GPTech untuk mengedukasi publik tentang plastik. Tidak hanya video edukasi, GPTech juga memiliki program-program edukasi lain yang secara khusus dirancang untuk para generasi muda seperti podcast, kuliah tamu, dan kelompok penelitian.

 

Selengkapnya:

Related Posts