Berangkat dari keinginan masyarakat Biak untuk memajukan pendidikan di Biak, sejumlah tokoh masyarakat Biak dan dosen dari Universitas Cenderawasih Papua berkunjung ke Universitas Indonesia (UI) pada Januari 2013. Secara khusus mereka meminta UI, melalui Papua Center, untuk memfasilitasi pendirian universitas negeri di Pulau Biak, Papua. Permintaan tersebut disanggupi oleh Direktur Eksekutif Papua Center UI, Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc.
Rencana pendirian universitas baru ini didukung penuh oleh dewan adat Biak yang tersebar mulai dari Biak, Numfor, Supriori, hingga ke Raja Ampat. Lahan warga seluas kurang lebih 50 hektar telah diserahkan untuk pembangunan universitas negeri yang kemudian dinamakan Universitas Kamasan Papua (Unikamp) ini. Berbagai workshop dan seminar diselenggarakan untuk mematangkan ide tersebut.
Dalam pembangunan ini, lanjut Bambang, UI berkomitmen menjalankan misi pendampingan dalam pelaksanaan strategi pengembangan Universitas Kamasan Papua, antara lain dalam persiapan kelembagaan akademis. “Jalannya masih panjang, masih melalui tahap yang butuh perjuangan dan negosiasi,” tegasnya.
Pembentukan panitia pendirian Universitas Kamasan Papua secara resmi tercantum pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi Papua No 421.4/4415/SET Tahun 2013 tentang pembentukan panitia pendirian Universitas Kamasan Papua. Sementara itu, penandatanganan Nota Kesepakatan Bersama (NKB) ditandatangani Rektor UI bersama Gubernur Provinsi Papua pada 25 Oktober 2013.
Setelah penandatanganan tersebut, diadakan sejumlah workshop hingga Januari 2014. Workshop keempat yang diselenggarakan pada 24—25 Januari 2014 membahas pemilihan program studi. Workshop tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa terdapat 12 program studi yang akan dibuka di awal pendirian Unikamp.
Penyusunan kurikulum menjadi salah satu fokus dalam pembangunan Unikamp. Rancangan kurikulum pertama kali disusun dalam workshop pada 14—15 April 2014. Terdapat 21 dosen dari lima fakultas di UI yang ikut andil dalam penyusunan kurikulum tersebut. Nantinya, ada dua bidang studi yang menjadi perhatian untuk dikembangkan di Unikamp, yaitu Ilmu Maritim dan Etnosains. Kedua bidang ilmu tersebut, menurut Bambang Shergi, akan menjadi dasar perspektif keilmuan dari Unikamp.
Pendirian Unikamp ditandai dengan peletakan batu pertama pada pertengahan April lalu. Akan tetapi, masih banyak persiapan yang perlu dilakukan sehingga seremoni tersebut tidak dilanjutkan dengan pembangunan fisik. Pembangunan fisik ditargetkan dilakukan pada 2015.
Saat ini, langkah penting yang tengah dilakukan selain persiapan kurikulum adalah persiapan tenaga pendidik. Lebih lanjut Bambang mengatakan, akan dilakukan perekrutan dosen berdasarkan keahlian. Dosen, lanjutnya, dapat berasal dari Papua atau luar Papua. Selain itu, masih perlu dipikirkan pula sumber pembiayaan, calon mahasiswa, fasilitas dan desain kampus, juga masalah penetapan batas-batas tanah tanah adat.
“Kemajuan Papua harus dibangun dari sumber daya manusianya. UI harus mendorong kapasitas yang memungkinkan agar masyarakat Papua bisa berperan dalam panggung sosial, ekonomi, budaya di Pasifik Selatan,” pungkas Bambang. (KHN)