id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Upaya Pencegahan Penuaan Seluler pada Obesitas untuk Wujudkan Indonesia Sehat

Salemba, 6 Februari 2025. Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU, mengukuhkan tiga Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran (FK), pada Rabu (5/2), di Aula IMERI FKUI, Salemba, Jakarta. Ketiga guru besar tersebut adalah Prof. Dr. dr. Novi Silvia Hardiany, M.Biomed.; Prof. Dr. dr. Yunia Irawati, Sp.M(K); dan Prof. Dr. dr. Murti Andriastuti, Sp.A(K). Pada kesempatan itu, Prof. Novi ditetapkan sebagai guru besar ke-11 yang dikukuhkan tahun ini dari total 480 guru besar UI.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Novi mengulas upaya pencegahan proses penuaan seluler pada kondisi obesitas untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat. Menurutnya, obesitas merupakan salah satu penyebab utama munculnya berbagai penyakit. Di dunia, prevalensi obesitas terus meningkat hingga tiga kali lipat sejak 1975 sampai 2022, sementara di Indonesia, prevalensinya meningkat di semua kelompok umur. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan tajam prevalensi obesitas, terutama di kalangan orang dewasa (dari 28,9% pada 2013, menjadi 35,4% pada 2018).

Kondisi obesitas diketahui berkaitan dengan peradangan sistemik kronis tingkat rendah pada jaringan lemak. Penumpukan jaringan lemak yang berlebihan menjadi sumber pelepasan sitokin proinflamasi, yang memicu proses peradangan dan kerusakan oksidatif karena meningkatnya produksi reactive oxygen species (ROS)—molekul berbahaya bagi tubuh. Akumulasi ROS yang berlebihan menyebabkan stres oksidatif yang merusak makromolekul, seperti lipid, protein, karbohidrat, dan DNA di dalam sel.

Peradangan dan stres oksidatif akibat obesitas memicu penuaan seluler yang menyebabkan berbagai penyakit degeneratif. Penuaan seluler terjadi ketika sel berhenti membelah dan tidak dapat kembali ke kondisi semula. Sel yang menua sulit untuk dihancurkan dan menghasilkan senescence-associated secretory phenotype (SASP). Akumulasi sel menua dapat mempercepat kerusakan organ dan munculnya penyakit, seperti diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, penyakit perlemakan hati non-alkoholik, dan berbagai jenis kanker.

“Kita memerlukan upaya untuk mencegah proses penuaan seluler dan mengurangi akumulasi sel yang menua. Berdasarkan hasil penelitian kami dan kajian literatur, ada tiga upaya yang dapat mencegah terjadinya proses penuaan seluler, yakni pembatasan kalori, penghambatan stres oksidatif dengan antioksidan, serta penghancuran sel senescence dan SASP dengan pendekatan senoterapeutik,” ujar Prof. Novi.

Beberapa penelitian membuktikan penurunan asupan kalori sekitar 20–40% dapat mencegah terjadinya penyakit degeneratif dan meningkatkan rentang hidup. Mekanisme pembatasan kalori dalam meningkatkan rentang hidup berhubungan dengan fork-head transcription factor of the O class 3 (FOXO3). Faktor transkripsi ini berperan untuk meningkatkan penguraian ROS dan aktivasi antioksidan endogen. Prof. Novi menyebut bahwa puasa intermiten juga bermanfaat dalam mencegah penuaan seluler. Penelitiannya membuktikan puasa intermiten meningkatkan ekspresi FOXO3 dan antioksidan, serta menurunkan stres oksidatif, baik pada hewan coba maupun pada subjek dengan obesitas.

Selain pembatasan kalori, proses penuaan seluler dapat dicegah dengan penghambatan stres oksidatif dengan antioksidan. Salah satu sumber antioksidan adalah senyawa herbal polifenol temaruta flavonoid yang berperan sebagai pengikat radikal bebas. Flavonoid dapat ditemukan pada tanaman rempah Indonesia, yaitu biji ketumbar (Coriandrum sativum L). Prof. Novi membuktikan bahwa pemberian ekstrak etanol biji ketumbar 100 mg/kgBB selama 12 minggu pada tikus obesitas dapat menurunkan parameter stres oksidatif pada jaringan hati, otak, dan jantung. Penurunan stres oksidatif ini disertai dengan penurunan marker penuaan seluler.

Selanjutnya, proses penuaan seluler dapat dicegah dengan penghancuran sel senescence dan SASP melalui pendekatan senoterapeutik. Pengembangan obat senoterapi terus dikembangkan terutama dari bahan alam karena memiliki toksisitas yang lebih rendah. Komponen flavonoid terutama quercetin pada biji ketumbar berpotensi sebagai agen senolitik maupun senomorfik. Komponen ini dapat menghambat jalur antiapoptosis dan IL-6 yang merupakan salah satu sitokin komponen SASP. Uji in vivo juga membuktikan adanya potensi ekstrak biji ketumbar sebagai senolitik pada jaringan lemak periaorta kelompok tikus obesitas.

“Penggunaan antioksidan dan pengembangan senoterapeutik dari bahan alam dapat mencegah penuaan seluler dan disfungsi metabolisme pada berbagai jaringan, sehingga tercipta kondisi obesitas yang sehat secara metabolik. Namun demikian, penelitian masih terbatas pada hewan coba dan perlu dikembangkan dengan dukungan dari institusi, industri, maupun pemerintah. Mari kita bersama-sama berkolaborasi untuk membangun kesehatan masyarakat Indonesia,” kata Prof. Novi.

Penelitian Prof. Novi terkait penuaan seluler pada obesitas berkaitan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Beberapa di antaranya adalah Exploration of Neuroprotective Effect from Coriandrum Sativum L. Ethanolic Seeds Extracts on Brain of Obese Rats (2024), Polymorphism of the Forkhead Box-O3 (FOXO3) Longevity Gene rs2802292 and Senescence-Associated Secretory Phenotype (SASP) in Indonesian Elderly Population (2024); dan The Effect of Ethanol-Based Coriander (Coriandrum Sativum L.) Seed Extract on Oxidative Stress, Antioxidant Level and Cellular Senescence in the Heart of Obese Rat (2024).

Sebelum dikukuhkan sebagai guru besar, Prof. Novi menamatkan pendidikan di FKUI untuk S1 Pendidikan Dokter pada 2004, S2 Program Magister Ilmu Biomedik tahun 2009, serta S3 Program Doktor Ilmu Biomedik tahun 2012. Selain meneliti, Prof. Novi juga aktif di FKUI sebagai Staf Pengajar Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler; Koordinator Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Departemen Biokima dan Biologi Molekuler; Koordinator Pengampuan dan Administrasi Pengembangan; Penanggung Jawab Tahun 1 Akademik Kelas Khusus Internasional; serta Sekretaris Molecular Biology and Proteomic Core Facilities IMERI FKUI.

Related Posts